Whereof one cannot speak, Thereof one…
Whereof one cannot speak, Thereof one must be silent.
“What can be said at all can be said clearly, and whereof one cannot speak, thereof one must be silent.” Ludwig Wittgenstein.
Dalam konteks sesuatu yang ghaib, mistis. Kita tidak perlu memperdebatkan dan memikirkan sesuatu yang tidak dapat diselesaikan dengan logika yaitu sesuatu yang mistis. Karena, sesuatu yang mistis masih menjadi misteri, dan mungkin tidak bisa dibuktikan dengan empiris. Sesuatu tentang Tuhan contohnya, “Jika Tuhan Maha Kuasa, dapatkah Ia menciptakan Tuhan yang baru?” sesuatu yang seperti itu hanya akan menjadi perdebatan di kepala kita saja. Kita tidak dapat membuktikannya sama sekali. “Jika Tuhan Maha Kuasa, dapatkah dia menciptakan batu yang Ia sendiri tidak dapat mengangkatnya?” bisa. “dan jikalau begitu maka Ia bukan Maha Kuasa?!?”, dari mana anda tahu dan dari mana anda dapat membuktikannya?, itu hanya perdebatan dipikiran saja. Maka dari itu, ia harus “diam”.
Nah, dalam konteks lain bayangkan si Joko sedang sakit hati karena dipecat oleh bosnya, bukan hanya itu si bosnya menncaci maki si Joko karena ga becus dalam bekerja. Si Joko marah dan lama-lama depresi. Lalu kemudian, si Amir kawan si Joko mendengar kabar bahwa si Joko habis dipecat dan dicaci maki oleh bosnya. Si Amir menghampiri si Joko, “Jok, emang bener lu habis dipecat?, ceritain dong!” Kata si Amir. Joko diam, dan hatinya mendadak sesak mendengar itu.
Bila si joko menceritakan semuanya, apakah si amir akan paham serupa dengan rasa sakit yang si joko rasakan ini? Apakah rasa sakit si joko dapat dirasakan serupa dengan dengan si amir?
Apakah pemahaman si Amir tentang “rasa sakit”, serupa dengan intuisi seseorang yang pernah menghadapi penyiksaan tentang “rasa sakit”, dalam hal ini si Joko?
Seseorang yang “tidak dapat bicara” dalam artian, bicara dengan baik dan benar, yakni tidak blepotan, gagap dan sebaginya. Maka ia harus diam. Mungkin saran ludwig wittgenstein adalah untuk mengungkapkan bentuk ekspresi lain, yang dapat lebih menggambarkan pengalaman tsb.
Batas Bahasa dan Realitas:
Bahasa memiliki batas-batas dalam melukiskan kenyataan. Ada hal-hal yang dapat diungkapkan dalam bahasa dan ada hal-hal yang tidak dapat diungkapkannya.
Contoh: Konsep pengalaman individu yang sulit dijelaskan dengan kata-kata mungkin menggambarkan batasan bahasa dalam melukiskan kenyataannya.
What we cannot speak about, we must pass over in silence
Bandung, 30 Desember 2023
Fachri R A
Sumber:
https://www.kompasiana.com/zmmsykr/64d64a5e633ebc57b8561e02/resensi-buku-tractatus-logico-philosophicus-ludwig-wittgeinstein?page=all#section2
Wittgenstein, Culture, and Value: “Whereof one cannot speak, thereof one must be silent.”
Siasat Filsafat “Tractatus Logico Philosophicus” dalam Hidup Wittgenstein
1 Comment
BAHASA DAN MANUSIA – OSIS MTsN 2 Kota Bandung
13/02/2024[…] di situlah letak keterbatasan bahasa. Yang sudah pernah saya bahas pada essay saya yang berjudul “WHEREOF ONE CANNOT SPEAK, THEREOF ONE…” silahkan baca, bagi yang […]